TUTORIAL

Cara menulis Novel

1.      Tumbuhkan keinginan/kemauanmu dalam menulis
Apa yang kamu cari? Apa yang ingin kamu dapatkan? Contohnya, saya ingin menulis sebagai pembuktian kepada orang lain kalau saya bisa melakukan sesuatu yang bisa membuat orang lain bangga. Dari sesuatu yang kau cari itu coba katakan berulang kali dalam hati. Agar tak hanya hati dan otakmu yang mendengar, melainkan seluruh tubuh yang menggerakkanmu untuk menulis.
Setelah kamu menemukannya, jangan berhenti sampai di situ saja, dan jangan mulai menulis dulu. Kok jangan? Maksudnya jangan sekarang kalau kamu belum memantapkan hati dan membuat komitmen dengan diri sendiri. Komitmen ini juga sangat penting loh. Menulis sebuah novel itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar, juga membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Maka dari itu bangun komitmen/keyakinan kalau kamu bisa menyelesaikan proyek menulis kamu itu. Bagaimana cara membangun komitmen? Ingat lagi apa yang kau cari dan apa yang kau inginkan dalam menulis.
2.      Siapkan Media Untuk Menulis
Ambil kertas, atau laptop, atau media lainnya yang bisa membuatmu nyaman dalam menulis. Kenyamananmu adalah hal yang paling utama juga. Menulis adalah pekerjaan yang tak memiliki peraturan harus menulis di mana. Semuanya terserah kamu. Hm… Jujur, kalau saya menulis sebuah novel, saya tidak pernah menulis dari laptop/komputer terlebih dahulu. Bila saya berhadapan langsung dengan komputer, apa yang dipikiran saya akan susah untuk keluar. Maka dari itu saya menemukan media di mana saya bisa menulis dengan sangat santai. Bisa sambil tiduran, duduk bersandar, dan bisa di bawa kemana-mana. Ya benar sekali, ponsel! Saya menulis melalui ponsel. Menyimpannya di dalam draft lalu setelah selesai, saya memindahkannya ke komputer melalui kabel data/USB. Dan sewatu menulis artikel ini, saya pun memakai ponsel saya terlebih dahulu. Intinya, temukan zona nyamanmu dalam menulis.
3.      Pikirkan apa yang ingin kamu ceritakan
Setelah kamu menemukan media yang pas. Langkah selanjutnya adalah pikirkan apa yang ingin kamu ceritakan. Pikirkan tema yang kamu ciptakan. Rancang plot demi plot yang akan kamu tuangkan ke dalam media menulismu.
4.      Mulailah menulis
Biasanya novel itu mempunyai minimal 12 bab. Saya menargetkan satu bab itu terdiri dari sepuluh halaman. Itu pas menurut saya. Ketika kita menceritakan bab perbab, agar cerita yang kita tulis terstruktur dengan baik, sebaiknya buatlah kerangka cerita terlebih dahulu. Contohnya saat saya menulis, saya lebih memilih membuat kerangka perbab, dari pada kerangka satu novel. Sebab jujur, saat menulis, masih banyak adegan yang belum saya ketahui, terutama adegan yang lebih jauh lagi dari bab awal. Maka dari itu fokus pada bab dimana kamu berada. Pikirkan adegan yang tak biasa dan menarik pembaca untuk terus menerus melanjutkan bacaannya sampai akhir cerita.
Bab awal juga merupakan penentu ceritamu. Bisa dibilang bab eksekutor, apakah pembaca akan membaca novelmu lebih lanjut, atau novelmu berakhir di rak-nya saja sebagai pajangan. Maka dari itu mulai dari bab awal, buatlah adegan yang tak biasa dan memunculkan atmosfer keseruan pada pembacamu. Nah buatlah plot demi plot setiap babmu, dan lakukan terus menerus hingga mencapai bab akhir.
5.      Mengatasi kerikil pengganggu
Jika kamu menganggap semua penulis novel bisa menulis lancar tanpa hambatan, harus saya tegaskan itu adalah anggapan yang salah. Setiap aktivitas menulis pasti ada hambatannya, pasti ada kerikil pengganggu. Terutama saat berada di tengah cerita hingga membuat ceritanya berhenti bahkan lebih buruk, tak pernah dilanjutkan. Batu kerikil itu disebut dengan “Mood”
Hmm.. Menurut saya sebenarnya rasa mood itu hanya bahasa halus dari rasa malas. Rasa malas itu berada di dalam diri kita. Dan, untuk menghilangkannya, hanya diri kita juga yang bisa. Tak ada jalan lain melawan rasa malas kecuali melawannya secara langsung. Ketika kemalasan menyerang, ingat motivasi menulis apa? Kita kembali ke langkah awal. Apa yang aku inginkan? Apa yang ingin kamu cari? Dan sugesti dirimu bahwa kamu bisa menyelesaikannya dan kamu bisa mengalahkan rasa malasmu.
6.      Mengirimkan ke penerbit
Tidak sempurna rasanya kalau saya tidak menguraikan, apa yang harus kita lakukan setelah naskah kita selesai. Kamu mau menjadi penulis kan? Dan sarana yang paling tepat untuk meresmikan dirimu sebagai seorang penulis adalah penerbit. Cari penerbit yang sesuai dengan napas novelmu. Apakah novelmu bertema remaja? Tentunya jangan kirim ke penerbit yang fokus pada novel dewasa.
Setelah kau mengirimkannya, setelah kau telah berusaha melewati waktu yang tak sebentar untuk menyelesaikan tulisanmu, giliran kamu sekarang untuk berdoa. Usaha yang kita lakukan akan terasa lebih indah bila kita mengadukannya kepada sang pencipta. Kepada tuhan yang Maha Esa. Sabar adalah kunci utama, tunggu kabar naskahmu dari penerbit, bila perlu kau bisa menulis sekaligus menunggu kabar yang kau nanti-nanti.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar